22.8 C
Pontianak
Wednesday, March 22, 2023

Menjaga Spirit Ramadhan

Oleh Syarifah Azizah, Lc

Baginda Nabi Muhammad Saw, Ketika pertama kali beliau menerima syariat kewajiban berpuasa pada bulan Ramadhan, tepatnya di awal bulan sya’ban dua tahun setelah beliau hijrah, dengan rasa gembira beliau bersama kaum muslimin akan menyambut Ramadhan kali pertama, maka beliaupun menghimpun umatnya untuk berkumpul mendengar khutbah yang akan beliau sampaikan, dengan suara lantang  di atas sebuah bukit  dengan seruan beliau lalu berkhutbah (pidato);

“Wahai sekalian manusia, sungguh telah datang pada kalian bulan yang agung bulan yang penuh berkah, diwajibkan didalamnya berpuasa, didalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, barang siapa yang melakukan satu perintah wajib maka nilainya sama dengan tujuh puluh kali kewajiban, barang siapa yang melakukan satu kebaikan, maka nilainya seperti melaksanakan satu kewajiban.“

Dalam redaksi yang lain, Rosul Saw bersabda:

Telah datang pada kalian bulan yang penuh dengan berkah , diwajibkan pada kalian ibadah berpuasa,, dibukakan pintu-pintu syurga,  dan ditutupnya pintu pintu  neraka, serta syaithyan – syaithan dibelenggu, didalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa yang tidak mendapatkan kebaikannya, berarti ia telah benar-benar  terhalang atau terjauhkan ( dari kebaikan ) . ( HR. Ahmad)

Tak terasa kita sudah dipenghujung hari–hari nan indah itu, hari yang dapat membuat suasana hati larut dalam menikmati khusu’nya beribadah, semangat menghidupkan sunnah- sunnahnya, serta berlomba dalam meraih pahala.

Ramadhan akan melepas kita, sebagai bulan yang Allah muliakan, selain karena didalamnya diturunkan Alquran, namun juga karena didalamnya adanya potensi sebagai insan beriman untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kwalitas Iman dan Taqwa.

Selayaknya Ketika tamu istimewa dinanti dan disambut kehadirannya nan dirindu, akan terasa berat akan melepas.  Maka  Rosulullah Saw ketika hendak melepas Ramadhan, tidak mengurangi intensitas  kebaikannya  justru semakin meningkat, terdeskripsikan dari banyak hadits yang menunjukkan hal itu, bagaimana beliau meningkatkan kualitas ibadahnya ketika memasuki fase-fase terakhir Ramadhan, terutama di sepuluh terakhir Ramadhan.

Baca Juga :  Momentum Meraih Ampunan Allah

Beliau beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan yang itu memilik fungsi sebagai ruang meditasi (Takhalliy) hamba mengintrospeksi diri, muhasabah riyadhah  manifestasi rasa syukur atas segala karunia Allah Swt.

Kalau sudah demikian, maka tentu sangatlah pantas jika memposisikan beliau sebagai teladan  bagian dari hamba beriman yang merasa sedih dan kehilangan akan menjelang berakhirnya Ramadahan, sebagaimana yang dirasakan oleh para Sahabat Rosulullah Saw, mengapa demikian?

Ada dua faktor  yang menjadi penyebabnya :

Pertama: Ramadhan datang membuka tabir atmosfir Rohani, peluang situasi yang kondusif untuk semakin dekat (Taqarrub) beribadah kepada Allah Swt.

Kedua: Khawatir dan muncul rasa takut, bagaimana dengan ibadah puasa dan ibadah lainnya yang dilakukan selama bulan Ramadhan, apakah menjadi amaliyah yang diterima ataukah sebaliknya.

Dan apakah kita masih diberikan lagi kesempatan  untuk dapat mengisinya di tahun berikutnya.

Sungguh beruntung orang yang telah mendapati hari- hari Ramadhan menunaikan kewajiban berpuasa  dengan dilandasi iman dan niat, semata mengharap Ridha Allah Swt .

Sungguh berbahagia orang-orang yang  menghidupkan malam-malam  Ramadhan  dengan berbagai ibadah semata mengharap Ridha Allah Swt.

Sungguh mujur orang yang menghidupkan malam lailatul qadar, hari-harinya dihiasi dengan Alquran, aktivtasnya diramaikan dengan kebaikan-kebaikan.

Hari- hari Ramadhan yang penuh dengan keindahan dan kebaikan.

Hari yang indah ketika sama-sama menanti, berburu takjil sembari perlahan datangnya senja di ujung ufuq menunggu ifthar,

Hari yang indah Ketika waktu syuruq datang kita sudah siap  bergegas untuk datang beramai mengisi tadarusan.

Baca Juga :  Ramadhan dan Ukhuwah Basyariah di Tengah Covid

Hari yang indah Ketika menunggu waktu datangnya panggilan seruan adzan indah berkumandang.

Hari yang indah, Ketika istirahat di teras masjid, sekedar merebahkan tubuh terlelap menghidupkan sunnah nabi Qaylulah (tidur sebentar agar bisa bangun tengah malam)

Hari yang indah saat menunggu datangnya malam mendatangi surau dan  masjid untuk menghidupkan malamnya dengan sholat wajib dan sunat tarawih jamaahan.

Hari–hari Ramadhan yang indah, setiap nafas dihiasi keinginan ingin berusaha berlomba-lomba dalam kebaikan.

Wahai Ramadhan …nafas di subuhmu, aroma siangmu harum aroma syurga, malammu dihiasi pahala dan Ramadhan yang selalu dirindukan.

Selama Ramadhan bersama Alquran, diluar Ramadhan jangan diabaikan,

Selama Ramadhan kita jamaah tadarusan di luar Ramadhan jangan ditinggalkan,

Selama Ramadhan malamnya kita hidupkan, diluar Ramadhan jangan disunyikan,

Selama Ramadhan perangainya berhias kebaikan di luar Ramadhan jangan dinodai dengan keburukan.

Selama Ramadhan berlomba untuk berbagi di luar Ramdhan jangan nyaman sendiri.

Rosul Saw berpesan dalam sabdanya; “Prilaku keberagamaan seseorang yang paling dicintai nabi adalah yang diistiqamahkan dan senantiasa dilestarikan. (HR. Bukhari-Muslim)

Madrasah dan Riyadhah Ramadhan yang kita terima  dapat dipetik, dinikmati hasilnya  dan berbekas selepas bulan Ramadhan .Janganlah kita menjadi sebagai perumpaman buruk yang diindikasikan dalam Qs. An- Nahl; 92

Artinya: “Dan janganlah kalian seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya  setelah dipintal dengan kuat menjadi berberai-berai kembali.”

Artinya melakukan perbuatan namun sia-sia.

Dan jika seseorang dimudahkan melakukan kebaikan  setelah Ramadhan, itu merupakan indikasi bahwa amaliyah selama Ramadhannya  Maqbuul diterima di sisi Allah Swt.

Semoga kita termasuk golongan didalamnya. Amin Ya  Robbal Aalamiiin.**

*) Penulis Penyuluh Agama IslamFungsional, Kantor Kementerian Agama Kota Pontianak

 

Oleh Syarifah Azizah, Lc

Baginda Nabi Muhammad Saw, Ketika pertama kali beliau menerima syariat kewajiban berpuasa pada bulan Ramadhan, tepatnya di awal bulan sya’ban dua tahun setelah beliau hijrah, dengan rasa gembira beliau bersama kaum muslimin akan menyambut Ramadhan kali pertama, maka beliaupun menghimpun umatnya untuk berkumpul mendengar khutbah yang akan beliau sampaikan, dengan suara lantang  di atas sebuah bukit  dengan seruan beliau lalu berkhutbah (pidato);

“Wahai sekalian manusia, sungguh telah datang pada kalian bulan yang agung bulan yang penuh berkah, diwajibkan didalamnya berpuasa, didalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, barang siapa yang melakukan satu perintah wajib maka nilainya sama dengan tujuh puluh kali kewajiban, barang siapa yang melakukan satu kebaikan, maka nilainya seperti melaksanakan satu kewajiban.“

Dalam redaksi yang lain, Rosul Saw bersabda:

Telah datang pada kalian bulan yang penuh dengan berkah , diwajibkan pada kalian ibadah berpuasa,, dibukakan pintu-pintu syurga,  dan ditutupnya pintu pintu  neraka, serta syaithyan – syaithan dibelenggu, didalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa yang tidak mendapatkan kebaikannya, berarti ia telah benar-benar  terhalang atau terjauhkan ( dari kebaikan ) . ( HR. Ahmad)

Tak terasa kita sudah dipenghujung hari–hari nan indah itu, hari yang dapat membuat suasana hati larut dalam menikmati khusu’nya beribadah, semangat menghidupkan sunnah- sunnahnya, serta berlomba dalam meraih pahala.

Ramadhan akan melepas kita, sebagai bulan yang Allah muliakan, selain karena didalamnya diturunkan Alquran, namun juga karena didalamnya adanya potensi sebagai insan beriman untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kwalitas Iman dan Taqwa.

Selayaknya Ketika tamu istimewa dinanti dan disambut kehadirannya nan dirindu, akan terasa berat akan melepas.  Maka  Rosulullah Saw ketika hendak melepas Ramadhan, tidak mengurangi intensitas  kebaikannya  justru semakin meningkat, terdeskripsikan dari banyak hadits yang menunjukkan hal itu, bagaimana beliau meningkatkan kualitas ibadahnya ketika memasuki fase-fase terakhir Ramadhan, terutama di sepuluh terakhir Ramadhan.

Baca Juga :  Indonesia Merdeka dengan Mewujudkan Swasembada Beras

Beliau beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan yang itu memilik fungsi sebagai ruang meditasi (Takhalliy) hamba mengintrospeksi diri, muhasabah riyadhah  manifestasi rasa syukur atas segala karunia Allah Swt.

Kalau sudah demikian, maka tentu sangatlah pantas jika memposisikan beliau sebagai teladan  bagian dari hamba beriman yang merasa sedih dan kehilangan akan menjelang berakhirnya Ramadahan, sebagaimana yang dirasakan oleh para Sahabat Rosulullah Saw, mengapa demikian?

Ada dua faktor  yang menjadi penyebabnya :

Pertama: Ramadhan datang membuka tabir atmosfir Rohani, peluang situasi yang kondusif untuk semakin dekat (Taqarrub) beribadah kepada Allah Swt.

Kedua: Khawatir dan muncul rasa takut, bagaimana dengan ibadah puasa dan ibadah lainnya yang dilakukan selama bulan Ramadhan, apakah menjadi amaliyah yang diterima ataukah sebaliknya.

Dan apakah kita masih diberikan lagi kesempatan  untuk dapat mengisinya di tahun berikutnya.

Sungguh beruntung orang yang telah mendapati hari- hari Ramadhan menunaikan kewajiban berpuasa  dengan dilandasi iman dan niat, semata mengharap Ridha Allah Swt .

Sungguh berbahagia orang-orang yang  menghidupkan malam-malam  Ramadhan  dengan berbagai ibadah semata mengharap Ridha Allah Swt.

Sungguh mujur orang yang menghidupkan malam lailatul qadar, hari-harinya dihiasi dengan Alquran, aktivtasnya diramaikan dengan kebaikan-kebaikan.

Hari- hari Ramadhan yang penuh dengan keindahan dan kebaikan.

Hari yang indah ketika sama-sama menanti, berburu takjil sembari perlahan datangnya senja di ujung ufuq menunggu ifthar,

Hari yang indah Ketika waktu syuruq datang kita sudah siap  bergegas untuk datang beramai mengisi tadarusan.

Baca Juga :  Puasa Tanpa Nilai

Hari yang indah Ketika menunggu waktu datangnya panggilan seruan adzan indah berkumandang.

Hari yang indah, Ketika istirahat di teras masjid, sekedar merebahkan tubuh terlelap menghidupkan sunnah nabi Qaylulah (tidur sebentar agar bisa bangun tengah malam)

Hari yang indah saat menunggu datangnya malam mendatangi surau dan  masjid untuk menghidupkan malamnya dengan sholat wajib dan sunat tarawih jamaahan.

Hari–hari Ramadhan yang indah, setiap nafas dihiasi keinginan ingin berusaha berlomba-lomba dalam kebaikan.

Wahai Ramadhan …nafas di subuhmu, aroma siangmu harum aroma syurga, malammu dihiasi pahala dan Ramadhan yang selalu dirindukan.

Selama Ramadhan bersama Alquran, diluar Ramadhan jangan diabaikan,

Selama Ramadhan kita jamaah tadarusan di luar Ramadhan jangan ditinggalkan,

Selama Ramadhan malamnya kita hidupkan, diluar Ramadhan jangan disunyikan,

Selama Ramadhan perangainya berhias kebaikan di luar Ramadhan jangan dinodai dengan keburukan.

Selama Ramadhan berlomba untuk berbagi di luar Ramdhan jangan nyaman sendiri.

Rosul Saw berpesan dalam sabdanya; “Prilaku keberagamaan seseorang yang paling dicintai nabi adalah yang diistiqamahkan dan senantiasa dilestarikan. (HR. Bukhari-Muslim)

Madrasah dan Riyadhah Ramadhan yang kita terima  dapat dipetik, dinikmati hasilnya  dan berbekas selepas bulan Ramadhan .Janganlah kita menjadi sebagai perumpaman buruk yang diindikasikan dalam Qs. An- Nahl; 92

Artinya: “Dan janganlah kalian seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya  setelah dipintal dengan kuat menjadi berberai-berai kembali.”

Artinya melakukan perbuatan namun sia-sia.

Dan jika seseorang dimudahkan melakukan kebaikan  setelah Ramadhan, itu merupakan indikasi bahwa amaliyah selama Ramadhannya  Maqbuul diterima di sisi Allah Swt.

Semoga kita termasuk golongan didalamnya. Amin Ya  Robbal Aalamiiin.**

*) Penulis Penyuluh Agama IslamFungsional, Kantor Kementerian Agama Kota Pontianak

 

Most Read

Artikel Terbaru