PEMERINTAH Indonesia terus berupaya memperjuangkan kesetaraan vaksin Covid-19 agi semua negara di dunia. Berkaitan dengan itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno L.P. Marsudi memaparkan bahwa salah satu caranya adalah melalui forum multilateral Covid-19 Vaccines Global Access Facility (Covax) AMC Engagement Group.
Sebagai salah satu co-chairs Covax AMC Engagement Group, Indonesia memiliki tanggung jawab moral yang besar untuk terus memperjuangkan akses setara terhadap vaksin untuk semua negara,” ujar Retno dalam keterangan pers menyambut kedatangan 1,5 juta dosis vaksin AstraZeneca di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Jumat malam (11/6).
Menlu menjabarkan, vaksin AstraZeneca tersebut diperoleh Indonesia secara gratis melalui kerja sama multilateral Covax Facility. Kesenjangan distribusi dan vaksinasi Covid-19 di seluruh dunia masih sangat besar. Dari sekitar 2,2 miliar dosis vaksin yang telah disuntikkan, sebanyak 75 persen hanya berada di 10 negara maju dan hanya 0,4 persen yang diberikan di negara-negara berpenghasilan rendah.
Berdasar perhitungan persentase vaksinasi terhadap populasi, jelas Menlu, kawasan Amerika Utara telah memvaksinasi sebanyak 64,33 persen dari total populasi dan kawasan Eropa sebanyak 52,85 persen. Sementara itu, kawasan Afrika baru mencapai 2,86 persen dan ASEAN 8,91 persen.
Angka ini masih jauh dari target WHO yang mengharapkan setidaknya 10 persen penduduk di setiap negara telah divaksin pada September dan 30 persen pada akhir Desember tahun ini,” paparnya.
Untuk mengurangi tingkat kesenjangan tersebut, kata Retno, Covax Facility telah mendorong mekanisme dose-sharing atau berbagi vaksin. Sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Denmark, Belgia, dan Spanyol akan menyalurkan surplus vaksin yang dimiliki melalui Covax Facility.
Menlu juga menambahkan, dalam upaya untuk mendorong kesetaraan global, Indonesia menjadi salah satu co-sponsor dari proposal trips waiver atau penghapusan hak kekayaan intelektual untuk produk dan teknologi yang digunakan untuk penanganan pandemi Covid-19.
“Pembahasan awal terhadap teks proposal ini di World Trade Organization (WTO) mungkin akan dimulai pada 17 Juni 2021. Kita semua berharap agar negosiasi terhadap proposal ini dapat diselesaikan dalam waktu cepat untuk membantu meningkatkan produksi dan distribusi vaksin secara signifikan,” ucapnya. (sya/jp)