25 C
Pontianak
Sunday, June 4, 2023

Karier Sukses, Keluarga Tetap Bahagia

Tak mudah membagi waktu antara karier dan kehidupan pribadi. Apalagi setelah menikah, harus bisa membuatnya sejalan. Jika tidak memiliki manajemen waktu yang baik, bukan tak mungkin keduanya jadi terbengkalai.

Oleh: Ghea Lidyaza Safitri

Setiap orang hanya memiliki waktu 24 jam selama sehari. Banyaknya aktivitas sehingga harus bisa memanfaatkan waktu dengan baik. Termasuk menyeimbangkan kehidupan pribadi dan pekerjaan.
Jika karier dan pekerjaan tak sejalan, semua yang direncanakan bisa mengalami kegagalan. Bahkan, berdampak buruk.

Dra.Roslina, psikolog mengatakan perempuan yang berperan sebagai istri, ibu, sekaligus karyawan harus bisa memanjemen waktu agar semuanya berjalan seimbang. Kesuksesan ini juga tidak luput dari peran dan dukungan suami.

“Tidak ada salahnya membuat kesepakatan di awal bersama pasangan,” katanya.

Baca Juga :  Kedepankan Social Value, Beasiswa BRI Wujudkan Mimpi Anak Petani

Apalagi jika sudah mengetahui pasangannya bekerja dari sebelum menikah, bisa saling memberi dukungan setelah menikah dan memiliki anak. Bersama mencari solusi dan jalan terbaik agar istri bisa memanajemen waktu dengan baik.

Menurut Roslina, sebagian ibu kerap merasa bersalah (guilty feeling) ketika harus meninggalkan buah hatinya untuk bekerja.

“Coba pikirkan tentang peran di kantor yang juga dapat berpengaruh dan bermanfaat bagi keluarga,” tutur Roslina.

Berusahalah fokus terhadap prioritas yang sedang diemban. Sebab, tujuan bekerja selain aktulisasi diri juga untuk membantu pemenuhan kebutuhan.

“Hubungan dengan anak dan suami tetap bisa terjaga dengan baik. Toh, Anda tidak bekerja selama 24 jam. Anda bisa memanfaatkan waktu yang ada bersama anak dan suami sebaik-baiknya,” ujar Roslina.

Baca Juga :  Produksi Padi Diyakini Kian Meningkat, Penghargaan IRRI Bisa Dipertahankan

Roslina nengungkapkan terpenting adalah kualitas dibandingkan kuantitas. Jika saat bekerja merasa rindu dengan buah hati, bisa menghubungi anak melalui sambungan telephone atau video call saat jam istirahat.

“Jangan lupa juga membagi waktu untuk diri sendiri dan bersama suami,” tuturnya.

Psikolog di Biro Psikologi Phenomenon ini menyatakan karier dan kehidupan pribadi merupakan hal yang penting.

“Namun, jika Anda adalah seorang istri dan ibu, usahakan untuk menjadi keluarga sebagai prioritas pertama,” ungkapnya.

Roslina mengingatkan agar tak berpandangan yang salah dalam mengejar karir hingga mengabaikan keluarga. Harus tetap mengetahui batasan yang ada.

“Jangan sampai posisi yang berhasil diraih membuat Anda menjadi besar kepala. Ingat, suami tetap nahkoda dalam bahtera rumah tangga,” pesan Roslina.**

 

Tak mudah membagi waktu antara karier dan kehidupan pribadi. Apalagi setelah menikah, harus bisa membuatnya sejalan. Jika tidak memiliki manajemen waktu yang baik, bukan tak mungkin keduanya jadi terbengkalai.

Oleh: Ghea Lidyaza Safitri

Setiap orang hanya memiliki waktu 24 jam selama sehari. Banyaknya aktivitas sehingga harus bisa memanfaatkan waktu dengan baik. Termasuk menyeimbangkan kehidupan pribadi dan pekerjaan.
Jika karier dan pekerjaan tak sejalan, semua yang direncanakan bisa mengalami kegagalan. Bahkan, berdampak buruk.

Dra.Roslina, psikolog mengatakan perempuan yang berperan sebagai istri, ibu, sekaligus karyawan harus bisa memanjemen waktu agar semuanya berjalan seimbang. Kesuksesan ini juga tidak luput dari peran dan dukungan suami.

“Tidak ada salahnya membuat kesepakatan di awal bersama pasangan,” katanya.

Baca Juga :  Produksi Padi Diyakini Kian Meningkat, Penghargaan IRRI Bisa Dipertahankan

Apalagi jika sudah mengetahui pasangannya bekerja dari sebelum menikah, bisa saling memberi dukungan setelah menikah dan memiliki anak. Bersama mencari solusi dan jalan terbaik agar istri bisa memanajemen waktu dengan baik.

Menurut Roslina, sebagian ibu kerap merasa bersalah (guilty feeling) ketika harus meninggalkan buah hatinya untuk bekerja.

“Coba pikirkan tentang peran di kantor yang juga dapat berpengaruh dan bermanfaat bagi keluarga,” tutur Roslina.

Berusahalah fokus terhadap prioritas yang sedang diemban. Sebab, tujuan bekerja selain aktulisasi diri juga untuk membantu pemenuhan kebutuhan.

“Hubungan dengan anak dan suami tetap bisa terjaga dengan baik. Toh, Anda tidak bekerja selama 24 jam. Anda bisa memanfaatkan waktu yang ada bersama anak dan suami sebaik-baiknya,” ujar Roslina.

Baca Juga :  Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), Waspada Sesak Progresif

Roslina nengungkapkan terpenting adalah kualitas dibandingkan kuantitas. Jika saat bekerja merasa rindu dengan buah hati, bisa menghubungi anak melalui sambungan telephone atau video call saat jam istirahat.

“Jangan lupa juga membagi waktu untuk diri sendiri dan bersama suami,” tuturnya.

Psikolog di Biro Psikologi Phenomenon ini menyatakan karier dan kehidupan pribadi merupakan hal yang penting.

“Namun, jika Anda adalah seorang istri dan ibu, usahakan untuk menjadi keluarga sebagai prioritas pertama,” ungkapnya.

Roslina mengingatkan agar tak berpandangan yang salah dalam mengejar karir hingga mengabaikan keluarga. Harus tetap mengetahui batasan yang ada.

“Jangan sampai posisi yang berhasil diraih membuat Anda menjadi besar kepala. Ingat, suami tetap nahkoda dalam bahtera rumah tangga,” pesan Roslina.**

 

Most Read

Artikel Terbaru