30 C
Pontianak
Saturday, March 25, 2023

Indonesia Butuh 426 Juta Dosis

JAKARTA – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan pemerintah membutuhkan 426 juta vaksin Covid-19 untuk bisa disuntikan ke sekitar 181 juta penduduk Indonesia. Karena, nantinya satu orang membutuhkan dua kali suntikan vaksin Covid-19. Hal itu berdasarkan rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

“Jadi kita mempersiapkan 15 persen cadangan maka total vaksin yang diperlukan ada sekitar 426 juta dosis vaksin,” ujar Budi dalam konfrensi persnya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (29/12).

Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan sampai sekarang ada lima jalur pengadaan vaksin yang sudah ditempuh, empat di antaranya bilateral dan satu multilateral. Dari 4 bilateral ini, Indonesia sudah menandatangani kontrak dengan Sinovac sebesar 125 juta dan Indonesia punya opsi untuk menambahkannya.

Indonesia juga sudah menandatangani kontrak dengan Novavax Amerika Serikat sebesar 130 juta. ’’Kita saat akan segera tanda tangan kontrak dengan AstraZeneca utk 100 juta dosis vaksin, sebagian firm, sebagian opsi,’’ katanya dalam live virtual di Youtube Setpres, Selasa (29/12).

Kabar baiknya Indonesia juga akan memesan vaksin Covid-19 yang manjur dari Pfizer-BioNTech. Vaksin itu juga sudah disetujui oleh Singapura dan mulai disuntikkan di Inggris. ’’Kita juga akan segera tanda tangan kontrak dengan BioNTech-Pfizer untuk 100 juta dosis vaksin, 50 juta firm, sisanya opsi,” kata Menkes Budi. ’’Kami harap finalisasi dengan AstraZeneca dan Pfizer bisa diselesaikan dalam waktu dekat ini,’’ tambahnya.

Budi berharap vaksin tersebut bisa cepat tiba ke Indonesia. Dengan demikian sebanyak 181 juta penduduk Indonesia bisa disuntikan vaksin Covid-19. “Diharapkan vaksin-vaksin datang secara bertahap ke Indonesia dan segera melakukan penyuntikan ke seluruh rakyat Indonesia,” ungkapnya.

Indonesia saat ini masih menanti penyelesaian tahap uji klinis vaksin Covid-19 Sinovac asal Tiongkok tahap 3 di Bandung, Jawa Barat. Tak hanya itu, Indonesia juga akan memesan vaksin lainnya termasuk vaksin Negara-negara Barat seperti AstraZeneca dari Inggris. Kabar baik lainnya, Indonesia juga menyetejui pembelian vaksin Pfizer-BioNTech asal Amerika Serikat/Jerman yang manjur lebih dari 90 persen.

Baca Juga :  Masuk Kalbar Langsung ODP, Wajib Jalani Isolasi 28 Hari

Total ada 400 juta dosis vakksin, 100 juta akan didatangkan dari Tiongkok. 100 jutaan dari Bovavax yaitu perusahaan AS-Kanada, 100 jutaan akan didatangkan dari AstraZeneca dari Inggris, 100 jutaan lagi didatangkan dari Pfizer/BioNTech gabungan Jerman-AS,” paparnya.

Dari 269 juta rakyat Indonesia, kalau ingin mengejar herd immunity usia di atas 18 tahun, ada 188 juta orang. Dari 188 juta, target vaksinasi adalah 181 juta rakyat. Dengan perhitungan bahwa 1 orang butuh 2 dosis vaksin dan guidelines WHO persiapkan 15 persen untuk cadangan, total vaksin yang dibutuhkan 426 juta vaksin. ’’Diharapkan vaksin ini bisa datang secara bertahap ke Indonesia dan kita bisa segera lakukan penyuntikan ke rakyat Indonesia yang 180 juta orang tadi,’’ katanya.

Menkes juga menyatakan warga berusia di atas 60 tahun tetap mendapat vaksin Covid-10.

Vaksinasi terhadap lansia tersebut tetap dilakukan meski uji klinis tahap III terhadap vaksin Sinovac yang sedang dilakukan di Bandung, Jawa Barat, hanya menguji orang berusia 18-59 tahun dalam keadaan sehat.

“Beberapa vaksin lain seperti Pfizer sudah diberikan ’emergency use authorization’ oleh MHRA (Medicines & Healthcare products Regulatory Agency) London, oleh FDA (Food and Drug Administration) Amerika, atau di Eropa juga boleh untuk diberikan di atas 60 tahun dan vaksinnya kita yang akan datang nanti ada empat jenis,” kata Budi Gunadi kepada wartawan di Kantor Presiden Jakarta, Selasa.

Budi mengungkapkan pemerintah sudah menyiapkan 426 juta vaksin COVID-19 untuk sekitar 181 juta orang penduduk Indonesia agar dapat menciptakan kekebalan komunal (herd immunity).

Baca Juga :  Lestarikan Budaya, Naga Sinar Surya Tak Pernah Absen Meriahkan Cap Go Meh

Vaksin itu berasal pertama dari perusahaan China Sinovac sebanyak 125 juta vaksin; kedua dari perusahaan Ameriksa Serikat dan Kanada Novavax sebanyak 100 juta dosis; ketiga dari perusahaan Inggris AstraZeneca sebanyak 100 juta dosis; keempat dari perusahaan Jerman dan Amerika Pfizer sebanyak 100 juta dosis serta GAVI sebagai bentuk kerjasama multilateral dimana Indonesia dapat memperoleh 16-100 juta dosis.

“Otomatis keragaman itu akan ada. Itu sebabnya juga karena sebagian besar vaksin kita akan datang mungkin sekitar semester kedua atau akhir Kuartal kedua 2021 dan kalau kita lihat tadi tahapannya lansia kita taruh agak belakangan karena kita ingin memastikan bahwa semua data ‘scientific’ mengenai pemberian vaksin ke grup lansia ini BPOM sudah ‘feel comfortable’,” ungkap Budi.

Menurut Budi, pemerintah berencana untuk memvaksinasi 181,5 juta jiwa untuk menciptakan kekebalan komunal. Rinciannya gelombang pertama vaksinasi dilakukan pada Januari-April 2021 dengan rincian vaksinasi untuk 1,3 juta orang petugas kesehatan di 34 provinsi, 17,4 juta petugas publik dan lansia sebanyak 21,5 juta orang.

Selanjutnya pada gelombang II pada April 2021-Maret 2022 yaitu 63,9 juta masyarakat di daerah dengan risiko penularan tinggi dan sebanyak 77,4 juta bagi masyarakat lain dengan pendekatan klaster sesuai ketersediaan vaksin.

“Uji klinis vaksin Sinovac yang dilakukan di Turki, Brasil, itu juga diberikan ke orang-orang dengan grup usia di atas 60 tahun. Kami sudah berbicara dengan BPOM untuk mengkoordinasikan hal ini, sehingga nanti BPOM akan melengkapi datanya, sebelum mengambil keputusan akhir mengenai rentang usia yang bisa diberikan vaksin,” ungkap Budi.

Menurut Budi, BPOM juga sudah bekerja baik dengan Kementerian Kesehatan serta sudah berbicara dengan otoritas di Turki, Brazil, China untuk mengambil keputusan yang independen dan berdasarkan kepada data valid. (*)

JAKARTA – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan pemerintah membutuhkan 426 juta vaksin Covid-19 untuk bisa disuntikan ke sekitar 181 juta penduduk Indonesia. Karena, nantinya satu orang membutuhkan dua kali suntikan vaksin Covid-19. Hal itu berdasarkan rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

“Jadi kita mempersiapkan 15 persen cadangan maka total vaksin yang diperlukan ada sekitar 426 juta dosis vaksin,” ujar Budi dalam konfrensi persnya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (29/12).

Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan sampai sekarang ada lima jalur pengadaan vaksin yang sudah ditempuh, empat di antaranya bilateral dan satu multilateral. Dari 4 bilateral ini, Indonesia sudah menandatangani kontrak dengan Sinovac sebesar 125 juta dan Indonesia punya opsi untuk menambahkannya.

Indonesia juga sudah menandatangani kontrak dengan Novavax Amerika Serikat sebesar 130 juta. ’’Kita saat akan segera tanda tangan kontrak dengan AstraZeneca utk 100 juta dosis vaksin, sebagian firm, sebagian opsi,’’ katanya dalam live virtual di Youtube Setpres, Selasa (29/12).

Kabar baiknya Indonesia juga akan memesan vaksin Covid-19 yang manjur dari Pfizer-BioNTech. Vaksin itu juga sudah disetujui oleh Singapura dan mulai disuntikkan di Inggris. ’’Kita juga akan segera tanda tangan kontrak dengan BioNTech-Pfizer untuk 100 juta dosis vaksin, 50 juta firm, sisanya opsi,” kata Menkes Budi. ’’Kami harap finalisasi dengan AstraZeneca dan Pfizer bisa diselesaikan dalam waktu dekat ini,’’ tambahnya.

Budi berharap vaksin tersebut bisa cepat tiba ke Indonesia. Dengan demikian sebanyak 181 juta penduduk Indonesia bisa disuntikan vaksin Covid-19. “Diharapkan vaksin-vaksin datang secara bertahap ke Indonesia dan segera melakukan penyuntikan ke seluruh rakyat Indonesia,” ungkapnya.

Indonesia saat ini masih menanti penyelesaian tahap uji klinis vaksin Covid-19 Sinovac asal Tiongkok tahap 3 di Bandung, Jawa Barat. Tak hanya itu, Indonesia juga akan memesan vaksin lainnya termasuk vaksin Negara-negara Barat seperti AstraZeneca dari Inggris. Kabar baik lainnya, Indonesia juga menyetejui pembelian vaksin Pfizer-BioNTech asal Amerika Serikat/Jerman yang manjur lebih dari 90 persen.

Baca Juga :  Sepuluh Ribu Vial Vaksin Tiba di Kalbar, Vaksinasi Tunggu Izin BPOM

Total ada 400 juta dosis vakksin, 100 juta akan didatangkan dari Tiongkok. 100 jutaan dari Bovavax yaitu perusahaan AS-Kanada, 100 jutaan akan didatangkan dari AstraZeneca dari Inggris, 100 jutaan lagi didatangkan dari Pfizer/BioNTech gabungan Jerman-AS,” paparnya.

Dari 269 juta rakyat Indonesia, kalau ingin mengejar herd immunity usia di atas 18 tahun, ada 188 juta orang. Dari 188 juta, target vaksinasi adalah 181 juta rakyat. Dengan perhitungan bahwa 1 orang butuh 2 dosis vaksin dan guidelines WHO persiapkan 15 persen untuk cadangan, total vaksin yang dibutuhkan 426 juta vaksin. ’’Diharapkan vaksin ini bisa datang secara bertahap ke Indonesia dan kita bisa segera lakukan penyuntikan ke rakyat Indonesia yang 180 juta orang tadi,’’ katanya.

Menkes juga menyatakan warga berusia di atas 60 tahun tetap mendapat vaksin Covid-10.

Vaksinasi terhadap lansia tersebut tetap dilakukan meski uji klinis tahap III terhadap vaksin Sinovac yang sedang dilakukan di Bandung, Jawa Barat, hanya menguji orang berusia 18-59 tahun dalam keadaan sehat.

“Beberapa vaksin lain seperti Pfizer sudah diberikan ’emergency use authorization’ oleh MHRA (Medicines & Healthcare products Regulatory Agency) London, oleh FDA (Food and Drug Administration) Amerika, atau di Eropa juga boleh untuk diberikan di atas 60 tahun dan vaksinnya kita yang akan datang nanti ada empat jenis,” kata Budi Gunadi kepada wartawan di Kantor Presiden Jakarta, Selasa.

Budi mengungkapkan pemerintah sudah menyiapkan 426 juta vaksin COVID-19 untuk sekitar 181 juta orang penduduk Indonesia agar dapat menciptakan kekebalan komunal (herd immunity).

Baca Juga :  Kisah Para Ibu Rumah Tangga Pengrajin Masker Kain

Vaksin itu berasal pertama dari perusahaan China Sinovac sebanyak 125 juta vaksin; kedua dari perusahaan Ameriksa Serikat dan Kanada Novavax sebanyak 100 juta dosis; ketiga dari perusahaan Inggris AstraZeneca sebanyak 100 juta dosis; keempat dari perusahaan Jerman dan Amerika Pfizer sebanyak 100 juta dosis serta GAVI sebagai bentuk kerjasama multilateral dimana Indonesia dapat memperoleh 16-100 juta dosis.

“Otomatis keragaman itu akan ada. Itu sebabnya juga karena sebagian besar vaksin kita akan datang mungkin sekitar semester kedua atau akhir Kuartal kedua 2021 dan kalau kita lihat tadi tahapannya lansia kita taruh agak belakangan karena kita ingin memastikan bahwa semua data ‘scientific’ mengenai pemberian vaksin ke grup lansia ini BPOM sudah ‘feel comfortable’,” ungkap Budi.

Menurut Budi, pemerintah berencana untuk memvaksinasi 181,5 juta jiwa untuk menciptakan kekebalan komunal. Rinciannya gelombang pertama vaksinasi dilakukan pada Januari-April 2021 dengan rincian vaksinasi untuk 1,3 juta orang petugas kesehatan di 34 provinsi, 17,4 juta petugas publik dan lansia sebanyak 21,5 juta orang.

Selanjutnya pada gelombang II pada April 2021-Maret 2022 yaitu 63,9 juta masyarakat di daerah dengan risiko penularan tinggi dan sebanyak 77,4 juta bagi masyarakat lain dengan pendekatan klaster sesuai ketersediaan vaksin.

“Uji klinis vaksin Sinovac yang dilakukan di Turki, Brasil, itu juga diberikan ke orang-orang dengan grup usia di atas 60 tahun. Kami sudah berbicara dengan BPOM untuk mengkoordinasikan hal ini, sehingga nanti BPOM akan melengkapi datanya, sebelum mengambil keputusan akhir mengenai rentang usia yang bisa diberikan vaksin,” ungkap Budi.

Menurut Budi, BPOM juga sudah bekerja baik dengan Kementerian Kesehatan serta sudah berbicara dengan otoritas di Turki, Brazil, China untuk mengambil keputusan yang independen dan berdasarkan kepada data valid. (*)

Most Read

Artikel Terbaru