JAKARTA – Kehadiran BUMN Perkebunan membentuk PalmCo dinilai memiliki potensi besar untuk memperkuat industri sawit nasional melalui program hilirisasi yang akan memenuhi kebutuhan minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) dalam negeri. PalmCo diyakini akan menjadi perusahaan sawit terbesar di Indonesia.
“Saya kira PT Perkebunan Nusantara (PTPN) pastilah berpotensi memperkuat industri sawit Indonesia karena dia punya land bank, yaitu area yang sangat luas dan kepemilikan lahan sudah lama,” jelas Ketua Bidang Luar Negeri Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Fadhil Hasan, Jumat (10/3).
Dirinya yakin melalui konsolidasi unit-unit perkebunan dan pabrik kelapa sawit (PKS) PTPN Group, akan menjadikan PalmCo sebagai perusahaan sawit terbesar di Indonesia. Hal ini karena luas lahan menjadi salah satu keunggulan PalmCo.
Selain itu, paparnya, lahan sawit yang dikelola PalmCo nantinya sudah sejak lama, sehingga produksi masih bisa ditingkatkan tanpa harus bergantung kepada pembukaan lahan baru, sehingga jauh dari isu deforestasi atau perusakan hutan.
Di samping itu, dia menilai program hilirisasi akan sangat baik dilakukan pada saat ini karena harga CPO juga tengah naik. Dari sisi organisasi dan manajemen, dia menilai PTPN Group sedang dalam proses pembenahan dengan melakukan konsolidasi anak-anak usaha.
Lebih jauh ia menjelaskan, setelah dibenahi anak usaha yang sebelumnya kurang efisien diperbaiki agar menjadi lebih efisien. Pembenahan organisasi dan perbaikan pengawasan akan mendukung kinerja keuangan PalmCo, sehingga dapat bersaing dengan perusahaan swasta besar di Indonesia.
Selain itu, lanjut dia, komitmen Indonesia untuk memproduksi energi terbarukan juga akan menguntungkan Palmco dan perusahaan sawit lainnya secara umum karena pasar CPO di dalam negeri akan lebih luas.
Berdasarkan Data Gapki, konsumsi CPO di dalam negeri tahun 2022 lalu mencapai 20,97 juta ton, naik sebesar 13,82 persen dari tahun 2021. Dari jumlah itu, konsumsi untuk pangan sekitar 9,94 juta ton, untuk biodiesel 8,84 juta ton dan untuk industri oleokimia 2,19 juta ton.
Ia menilai PTPN Group dapat menjadi salah satu produsen energi terbarukan terbesar. Apalagi, energi terbarukan yang paling berjalan hingga saat ini adalah yang berbasis sawit.
“Penggunaan CPO untuk pangan terbatas konsumsinya, tetapi untuk industri dan bahan bakar nabati masih sangat besar. Jadi produksi energi terbarukan akan menguntungkan perusahaan sawit,” paparnya.
PalmCo nantinya setelah terbentuk juga akan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Fadhil menilai rencana itu akan meningkatkan kapasitas bisnis perusahaan. Dia meyakini jika dikelola dengan baik dan perusahaan bisa meyakinkan investor mengenai arah perusahaan, maka sahamnya akan dapat diterima di pelaku pasar modal.
“Rencana IPO menarik. Orang akan melihat prospeknya. Investor akan melihat kinerjanya dan harus jelas arahnya ke mana. Saya kira jelas akan sangat menarik,” pungkasnya. (sti/ser)