PONTIANAK – Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalimantan Barat (Kalbar) berharap dapat mengimplementasikan integrasi antara ternak sapi dan kebun sawit. Dengan upaya tersebut, provinsi ini diharapakan dapat mewujudkan kemandirian pangan untuk komoditas daging sapi, dan tidak lagi bergantung pada daerah lain.
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalimantan Barat (Kalbar), Muhammad Munsif mendorong integrasi kebun sawit dan peternakan sapi, salah satunya dengan memanfaatkan bagian tanaman sawit untuk dijadikan pakan bagi helan.
“Kebun sawit menjadi tuan rumah atau menyediakan sumber pakan yang bersumber dari limbah pelepah, bungkil inti sawit, dan lumpur sawit, atau rumput hijau pakan ternak yang tumbuh di sekitar pohon sawit,” ungkapnya.
Munsif mengatakan, selain memberikan manfaat pada sapi, kebun sawit juga mendapatkan untung dari kotoran sapi yang diternakkan di kebun sawit. Kotoran sapi menurutnya dapat menjadi pupuk organik yang bermanfaat bagi pohon sawit.
“Kotoran sapi sebagai pupuk organik dan mengurangi cost biaya weeding, karena rumputnya dimakan sapi,” ucapnya.
Menurutnya, Kalbar masih membutuhkan pasokan sapi bakalan dari luar wilayah kalbar khususnya dari Madura dan Kalimantan Tengah. Padahal dengan luas 14,7 juta hektare, provinsi ini bisa mengembangkan peternakan. Namun persoalannya, kata dia, sebagian besar yakni seluas 4,764 Juta hektare atau 77 persen dari total cadangan lahan Areal Penggunaan Lain (APL) pada Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) sebesar 6,33 Juta hektare sudah dialokasikan untuk cadangan lahan mendukung kebutuhan Rencana Umum Pembangunan Berkelanjutan.
“33 persen sisanya untuk kebutuhan subsektor lainnya terutama pertanian tanaman pangan, pemukiman, jaringan infrakstruktur dan lain-lain. Sementara untuk sub sektor peternakan nyaris relatif sangat kecil atau tidak signifikan. Bahkan hampir di setiap kabupaten/kota belum dialokasikan secara khusus sebagai cadangan lahan untuk kebutuhan ladang pengembalaan ternak ruminansia,” ujarnya.
Namun begitu, lanjutnya, berbagai hasil riset dari berbagai lembaga riset yang kompeten, perguruan maupun oleh beberapa perusahaaan atau koperasi perkebunan sawit beberapa daerah seperti Lampung, Bengkulu, Kalteng, dan Kalsel, membuktikan integrasi sawit dan sapi dapat meningkatkan produksi sapi di tengah kecilnya lahan pengembalaan.
“Ini bisa menjadi jawaban akan jawaban Kalbar wujudkan kemandirian untuk swasembada daging sapi di tengah kecilnya peluang untuk mendapatkan cadangan lahan pengembalaan yang dibutuhkan agar usaha budidaya atau pembiakan ternak sapi potong yang cost efektif tetap dapat diwujudkan,” paparnya.
Melalui integrasi sawit sapi, tambah dia, syarat awal yang utama memulai usaha pembiakan sapi potong secara otomatis teratasi, yakni lahan untuk ladang pengembalaan dan pakan ternak keduanya teratasi bila sapi diusahakan secara terintegrasi di setiap area perkebunan kelapa sawit. (sti)