PONTIANAK – Hal yang dikhawatirkan oleh pekebun kelapa sawit terkait dampak kebijakan larangan ekspor CPO dan turunannya terbukti. Penurunan harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit ditingkat pekebun mulai terjadi di sejumlah daerah, termasuk di Kalimantan Barat (Kalbar). Di tengah kenaikan harga pupuk dan bahan bakar, penurunan harga sawit kian memperparah kondisi pekebun.
“Sekarang harga TBS makin turun. Penurunan harga untuk Sintang dan Melawi misalnya berkisar Rp300-500 per kg. Begitu juga daerah lain seperti di Sambas, Landak, Bengkayang harganya sudah turun jadi sisa Rp2.000an per kg,” ungkap Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indoneasi (Apkasindo) Kalbar, Indra Rustandi, Senin (25/4).
Kebijakan larangan ekspor CPO dan produk turunannya dianggap tidak bijak di tengah naiknya harga pupuk dan bahan bakar minyak (BBM). TBS sawit beberapa waktu belakangan menunjukkan tren kenaikan bahkan baru-baru ini tembus Rp4.000 per kg. Namun, kenaikan harga tersebut tidak begitu besar berdampak kepada pekebun karena harga BBM dan pupuk juga mengalami kenaikan.
Kenaikan harga pupuk menurut Indra terjadi setelah terjadinya invasi Rusia atas Ukraina. Sementara harga BBM, baru-baru ini juga kompak mengalami kenaikan. Kondisi ini menurutnya kian memperparah keadaan.
Indra menilai aturan larangan ekspor diambil oleh pemerintah lantaran kenaikan harga minyak goreng. Namun menurutnya, solusi permasalahan minyak goreng bukan dengan cara menutup keran ekspor.
“Solusi seperti ini seperti memburu tikus dengan membakar lambung padi,” ujarnya.
Apabila kebijakan ini direalisasikan, maka harga sawit akan terkoreksi tajam. Sebab, pangsa pasar terbesar produk sawit Indonesia berasal dari luar negeri. Sementara pangsa pasar dalam negeri tidak begitu besar. Apkasindo Pusat saat ini telah mengirimkan surat kepada pemerintah untuk mengevaluasi kebijakan ini.
“Apkasindo sudah kirim surat agar jangan ekspor CPO yang disetop. Kami menyarankan yang dilarang diekspor adalah minyak goreng dan olein,” ujarnya.
Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perkebunan Inti Rakyat (Aspekpir)Â Kalbar, Marjitan, juga menyatakan hal serupa. Menurutnya, kebijakan larangan ekspor CPO yang baru akan berlaku beberapa hari mendatang telah berdampak pada penurunan harga TBS Sawit.
“Hari ini (kemarin,red) harga TBS terjun ke level Rp3.230 sedangkan kemarin masih Rp3.860 per kg,” ucapnya, kemarin.
Pihaknya khawatir harga TBS terus mengalami koreksi apabila kebijakan pelarangan CPO dan produk turunannya akan benar-benar direalisasikan. Pihaknya meminta agar pemerintah mengkaji kebijakan yang bakal merugikan banyak pihak di sektor perkelapasawitan tersebut.
“Kalau harga bertahan seperti saat ini, mungkin masih cukup untuk kepentingan perawatan, herbisida dan pupuk. Tapi harga (pupuk) tinggi sekarang ini menjadi keluhan para pekebun,” ujarnya. (sti)