23.9 C
Pontianak
Wednesday, June 7, 2023

Devisa Ekspor Sawit Kalbar Tumbuh 300 Persen

PONTIANAK – Ekspor komoditas minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) dari Kalimantan Barat mengalami kenaikan tajam sepanjang tahun 2021. Nilai devisa ekspor bahkan tumbuh hampir 300 persen apabila dibandingkan dengan tahun 2020.

“Minyak kelapa sawit tumbuh cukup signifikan. Tumbuh hampir 300 persen,” ungkap Kepala Bagian Umum Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) Kalbagbar, Agus Djoko Prasetyo, saat konferensi Pers APBN, Selasa (25/1).

Kanwil DJBC Kalbagbar mencatat, sepanjang tahun 2021 devisa ekspor minyak kelapa sawit dan turunannya mencapai Rp8,14 Triliun atau tumbuh 298,69 persen bila dibandingkan dengan tahun 2020 yang tercatat sebesar Rp2,04 Triliun. Komoditas ini tercatat mengalami pertumbuhan paling tinggi dibandingkan dengan komoditas ekspor lainnya.

Baca Juga :  Tiga Tips Trading dari CEO INDODAX Menghadapi Market Crypto Bearish

Devisa ekspor komoditas minyak kelapa sawit dan turunannya tercatat berada di urutan kedua setelah washed bauksit yang realisasinya mencapai Rp8,47 Triliun. Adapun urutan ketiga adalah smelter grade alumina dan chemical grade alumina yang tercatat sebesar Rp5,02 Triliun.

“Dengan beroperasinya Pelabuhan Kijing akan membawa dampak yang signifikan terhadap industri di Kalimantan Barat,” ucapnya.

Selain devisa ekspor, pihaknya juga mencatat pungutan lainnya. Pajak yang tidak tercatat atau termasuk dalam penerimaan Bea Cukai tersebut, antara lain PDRI (Pajak Dalam Rangka Impor), DHE (Devisa Hasil Ekspor), Pajak Ekspor, Pajak Rokok, dan Dana Sawit. Adapun dana sawit yang berhasil dihimpun sebesar Rp1,53 Triliun. Diketahui, Dana Sawit ini nantinya akan disetorkan ke Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

Baca Juga :  Ekspor Sawit Capai Rekor Tertinggi

Secara umum, lanjutnya, realisasi penerimaan bea dan cukai di Kalimantan Barat tumbuh tinggi. Aktivitas ekspor mendongkrak penerimaan bea masuk. Dia menyebut, realisasi Penerimaan Kanwil DJBC Kalbagbar sebesar Rp 1,79 triliun atau 529,09 persen dari target. Pertumbuhan penerimaan didorong oleh ekspor langsung produk minyak sawit dan bauksit dari Kalimantan Barat.

“Utamanya adalah ekspor CPO dan washed bauksit. Jadi karena keduanya naik harga, sehingga kami memperoleh bea keluar yang cukup signifikan,” katanya. (sti)

PONTIANAK – Ekspor komoditas minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) dari Kalimantan Barat mengalami kenaikan tajam sepanjang tahun 2021. Nilai devisa ekspor bahkan tumbuh hampir 300 persen apabila dibandingkan dengan tahun 2020.

“Minyak kelapa sawit tumbuh cukup signifikan. Tumbuh hampir 300 persen,” ungkap Kepala Bagian Umum Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) Kalbagbar, Agus Djoko Prasetyo, saat konferensi Pers APBN, Selasa (25/1).

Kanwil DJBC Kalbagbar mencatat, sepanjang tahun 2021 devisa ekspor minyak kelapa sawit dan turunannya mencapai Rp8,14 Triliun atau tumbuh 298,69 persen bila dibandingkan dengan tahun 2020 yang tercatat sebesar Rp2,04 Triliun. Komoditas ini tercatat mengalami pertumbuhan paling tinggi dibandingkan dengan komoditas ekspor lainnya.

Baca Juga :  Produktivitas Pelaku Usaha di Sanggau Meningkat, PLN Siap Amankan Keandalan Pasokan Listrik

Devisa ekspor komoditas minyak kelapa sawit dan turunannya tercatat berada di urutan kedua setelah washed bauksit yang realisasinya mencapai Rp8,47 Triliun. Adapun urutan ketiga adalah smelter grade alumina dan chemical grade alumina yang tercatat sebesar Rp5,02 Triliun.

“Dengan beroperasinya Pelabuhan Kijing akan membawa dampak yang signifikan terhadap industri di Kalimantan Barat,” ucapnya.

Selain devisa ekspor, pihaknya juga mencatat pungutan lainnya. Pajak yang tidak tercatat atau termasuk dalam penerimaan Bea Cukai tersebut, antara lain PDRI (Pajak Dalam Rangka Impor), DHE (Devisa Hasil Ekspor), Pajak Ekspor, Pajak Rokok, dan Dana Sawit. Adapun dana sawit yang berhasil dihimpun sebesar Rp1,53 Triliun. Diketahui, Dana Sawit ini nantinya akan disetorkan ke Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

Baca Juga :  Starutp Asal Pontianak Dilirik Pemerintah Pusat

Secara umum, lanjutnya, realisasi penerimaan bea dan cukai di Kalimantan Barat tumbuh tinggi. Aktivitas ekspor mendongkrak penerimaan bea masuk. Dia menyebut, realisasi Penerimaan Kanwil DJBC Kalbagbar sebesar Rp 1,79 triliun atau 529,09 persen dari target. Pertumbuhan penerimaan didorong oleh ekspor langsung produk minyak sawit dan bauksit dari Kalimantan Barat.

“Utamanya adalah ekspor CPO dan washed bauksit. Jadi karena keduanya naik harga, sehingga kami memperoleh bea keluar yang cukup signifikan,” katanya. (sti)

Most Read

Artikel Terbaru