25 C
Pontianak
Wednesday, March 29, 2023

Permintaan Suplemen Imun Tubuh Masih Tinggi

PONTIANAK –  Kebutuhan obat-obatan di akhir tahun ini cenderung stabil. Permintaan tertinggi kebanyakan masih pada produk-produk kesehatan penguat daya imun. Prospek penjualan di tahun depan diperkirakan tidak jauh berbeda.

“Untuk kebutuhan sediaan farmasi di akhir tahun masih cukup stabil, yang mengalami peningkatkan cukup signifikan adalah permintaan akan suplemen seperti vitamin C, D dan E serta vitamin untuk memperkuat imun tubuh,” ungkap Owner Apotek Agung Group, Sukamto, Senin (28/12).

Selain kebutuhan akan suplemen, kata dia, permintaan alat kesehatan seperti masker, hand sanitizer dan face shield juga masih cukup tinggi. Menurutnya, ketersediaan barang-barang tersebut cukup banyak, sehingga harganya cukup stabil bahkan cenderung semakin turun. Sedangkan untuk permintaan obat-obatan kebutuhan rutin seperti untuk diabetes, hipertensi dan kolesterol masih cukup stabil hal ini juga karena ditunjang pemanfaatan IT oleh dunia kedokteran sehingga masyarakat bisa berkonsultasi lebih gampang dan praktis via online dengan dokter

Dia melanjutkan, hingga saat ini belum ada kendala berarti untuk pengadaan obat-obatan maupun alat kesehatan kecuali beberapa merek suplemen vitamin C yang masih agak langka karena tingginya permintaan. “Namun hal ini tidak terlalu mengganggu suplai ke masyarakat karena masih banyak merek lain yang sudah bisa menggantikan suplemen tersebut,” tutur dia.

Di sisi lain, lanjut dia, ketersediaan sarung tangan medis saat ini agak sedikit sehingga berdampak pada kenaikan harganya. Hal inilah yang menurutnya masih menjadi tantangan, di mana produksi sarung tangan untuk kebutuhan ekspor ke luar negeri karena wabah corona masih cukup tinggi. “Sehingga permintaan sarung tangan medis produk indonesia cukup tinggi karena indonesia merupakan salah satu produsen terbesar dan terbaik untuk sarung tangan medis di dunia,” kata dia.

Baca Juga :  DANA Mulai Terapkan QRIS dari Bank Indonesia

Lebih jauh dia melanjutkan, untuk prospek bisnis farmasi tahun depan, masih akan diwarnai dengan permintaan produk-produk yang berhubungan dengan penanganan virus corona, minimal sampai pertengahan tahun setelah vaksin benar-benar efektif berjalan. Menurutnya, tantangan terbesar dari dunia farmasi adalah regulasi dari pemerintah yang cenderung dinamis sehingga pengusaha harus terus menyesuaikan diri mengikuti dan menaati regulasi yang ada.

Selain itu, tantangan lain adalah banyaknya pihak-pihak yang tidak mempunyai kewenangan dalam kegiatan distribusi obat ikut melakukan kegiatan distribusi tanpa bisa dipertanggungjawabkan keamanan dan mutu dari sediaan farmasi yang diedarkannya.

“Salah satunya melalui media online atau medsos secara ilegal, oleh sebab itu kami sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah sebagai bagian dari rantai distribusi obat secara baik dan benar menghimbau masyarakat untuk membeli obat di sarana resmi yang berada dalam pengawasan BPOM dan dinkes agar bisa mendapatkan sediaan farmasi yang bermutu, berkhasiat dan terjangkau,” pungkas dia.

Baca Juga :  BRI Borong Penghargaan Bergengsi di Bidang Human Capital dari Brandon Hall Group International

Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, Muhammad Khayam, menilai industri farmasi dan alat kesehatan merupakan salah satu sektor yang mampu mencatatkan kinerja gemilang di tengah gempuran dampak pandemi Covid-19. Hal ini disebabkan tingginya permintaan domestik terhadap produk dari kedua sektor strategis tersebut.

Dikatakannya, pemerintah telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan. Tujuan Inpres tersebut adalah untuk menciptakan kemandirian industri farmasi dan alat kesehatan nasional, sehingga masyarakat memperoleh obat dengan mudah, terjangkau, dan berkesinambungan.

“Saat ini, pemerintah mendorong industri farmasi nasional untuk terus membangun struktur yang lebih dalam dan terintegrasi, sehingga mampu menghasilkan produk-produk dengan inovasi baru dan bernilai tambah tinggi,” paparnya.

Menurutnya, potensi pasar yang besar bagi industri farmasi menjadi peluang untuk menarik para investor untuk bisa mengembangkan bahan baku obat di Indonesia. Adapun langkah strategis yang sedang dijalankan Kemenperin, yakni membangun dan mengembangkan industri bahan baku obat di dalam negeri serta mengembangkan industri yang menghasilkan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) berbahan tanaman herbal dalam negeri. (sti)

PONTIANAK –  Kebutuhan obat-obatan di akhir tahun ini cenderung stabil. Permintaan tertinggi kebanyakan masih pada produk-produk kesehatan penguat daya imun. Prospek penjualan di tahun depan diperkirakan tidak jauh berbeda.

“Untuk kebutuhan sediaan farmasi di akhir tahun masih cukup stabil, yang mengalami peningkatkan cukup signifikan adalah permintaan akan suplemen seperti vitamin C, D dan E serta vitamin untuk memperkuat imun tubuh,” ungkap Owner Apotek Agung Group, Sukamto, Senin (28/12).

Selain kebutuhan akan suplemen, kata dia, permintaan alat kesehatan seperti masker, hand sanitizer dan face shield juga masih cukup tinggi. Menurutnya, ketersediaan barang-barang tersebut cukup banyak, sehingga harganya cukup stabil bahkan cenderung semakin turun. Sedangkan untuk permintaan obat-obatan kebutuhan rutin seperti untuk diabetes, hipertensi dan kolesterol masih cukup stabil hal ini juga karena ditunjang pemanfaatan IT oleh dunia kedokteran sehingga masyarakat bisa berkonsultasi lebih gampang dan praktis via online dengan dokter

Dia melanjutkan, hingga saat ini belum ada kendala berarti untuk pengadaan obat-obatan maupun alat kesehatan kecuali beberapa merek suplemen vitamin C yang masih agak langka karena tingginya permintaan. “Namun hal ini tidak terlalu mengganggu suplai ke masyarakat karena masih banyak merek lain yang sudah bisa menggantikan suplemen tersebut,” tutur dia.

Di sisi lain, lanjut dia, ketersediaan sarung tangan medis saat ini agak sedikit sehingga berdampak pada kenaikan harganya. Hal inilah yang menurutnya masih menjadi tantangan, di mana produksi sarung tangan untuk kebutuhan ekspor ke luar negeri karena wabah corona masih cukup tinggi. “Sehingga permintaan sarung tangan medis produk indonesia cukup tinggi karena indonesia merupakan salah satu produsen terbesar dan terbaik untuk sarung tangan medis di dunia,” kata dia.

Baca Juga :  Angkutan Darat Perketat Penerapan Protokol Kesehatan

Lebih jauh dia melanjutkan, untuk prospek bisnis farmasi tahun depan, masih akan diwarnai dengan permintaan produk-produk yang berhubungan dengan penanganan virus corona, minimal sampai pertengahan tahun setelah vaksin benar-benar efektif berjalan. Menurutnya, tantangan terbesar dari dunia farmasi adalah regulasi dari pemerintah yang cenderung dinamis sehingga pengusaha harus terus menyesuaikan diri mengikuti dan menaati regulasi yang ada.

Selain itu, tantangan lain adalah banyaknya pihak-pihak yang tidak mempunyai kewenangan dalam kegiatan distribusi obat ikut melakukan kegiatan distribusi tanpa bisa dipertanggungjawabkan keamanan dan mutu dari sediaan farmasi yang diedarkannya.

“Salah satunya melalui media online atau medsos secara ilegal, oleh sebab itu kami sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah sebagai bagian dari rantai distribusi obat secara baik dan benar menghimbau masyarakat untuk membeli obat di sarana resmi yang berada dalam pengawasan BPOM dan dinkes agar bisa mendapatkan sediaan farmasi yang bermutu, berkhasiat dan terjangkau,” pungkas dia.

Baca Juga :  PTPN XIII Catat Kinerja Positif pada 2020

Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, Muhammad Khayam, menilai industri farmasi dan alat kesehatan merupakan salah satu sektor yang mampu mencatatkan kinerja gemilang di tengah gempuran dampak pandemi Covid-19. Hal ini disebabkan tingginya permintaan domestik terhadap produk dari kedua sektor strategis tersebut.

Dikatakannya, pemerintah telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan. Tujuan Inpres tersebut adalah untuk menciptakan kemandirian industri farmasi dan alat kesehatan nasional, sehingga masyarakat memperoleh obat dengan mudah, terjangkau, dan berkesinambungan.

“Saat ini, pemerintah mendorong industri farmasi nasional untuk terus membangun struktur yang lebih dalam dan terintegrasi, sehingga mampu menghasilkan produk-produk dengan inovasi baru dan bernilai tambah tinggi,” paparnya.

Menurutnya, potensi pasar yang besar bagi industri farmasi menjadi peluang untuk menarik para investor untuk bisa mengembangkan bahan baku obat di Indonesia. Adapun langkah strategis yang sedang dijalankan Kemenperin, yakni membangun dan mengembangkan industri bahan baku obat di dalam negeri serta mengembangkan industri yang menghasilkan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) berbahan tanaman herbal dalam negeri. (sti)

Most Read

Artikel Terbaru