23 C
Pontianak
Sunday, March 26, 2023

Merger 3 Bank Syariah BUMN, Pelayanan Berjalan Normal

PONTIANAK – Tiga bank BUMN, yakni BRI Syariah, Syariah Mandiri, dan BNI Syariah, telah bersepakat merger menjadi PT Bank Syariah Indonesia (BSI). Bank yang direncanakan mulai beroperasi pada 1 Februari 2021 itu, tengah melakukan berbagai persiapan, termasuk di Kalimantan Barat.

Kepala Otoritas Jasa Keuangan Kalimantan Barat (OJK Kalbar), Moch Riezky F Purnomo mengatakan, atas rencana merger tiga bank syariah tersebut dipastikan tidak menyebabkan penutupan maupun relokasi jaringan kantor cabang. “Sehingga pelayanan akan berjalan normal seperti biasa dan nasabah tidak perlu khawatir atas keamanan dan kenyamanan aktivitas perbankannya,” ungkap dia, Selasa (29/12)

Dia menjelaskan, merger tiga bank syariah BUMN merupakan langkah strategis yang sangat baik dan sepenuhnya didukung oleh OJK. Aksi ini akan meningkatkan daya saing dan efisiensi bank, sesuai dengan tujuan OJK yakni menciptakan perbankan yang sehat, kuat, sehingga bisa meningkatkan pelayanan dan memberikan kontribusi positif kepada perekonomian.

“Selain itu, aksi ini juga selaras dengan POJK nomor 12/pojk.03/2020 tentang konsolidasi bank umum yang mulai berlaku 17 maret 2020. Aturan ini mendorong perbankan untuk melakukan langkah konsolidasi guna menciptakan struktur perbankan yang kuat, memperbesar skala usaha, serta meningkatkan daya saing melalui inovasi,” ungkap dia, kemarin.

Baca Juga :  OJK Serahkan Bantuan Pembangunan ke Panti Asuhan Amal Jariyah

Dia melanjutkan, jika merger telah terealisasi, maka di Kalimantan akan menjadi satu Regional Office (RO) yaitu RO VII di Banjarmasin yang membawahi tiga area, yaitu Area Pontianak dengan 19 Cabang, Area Banjarmasin 30 Cabang dan Area Balikpapan 32 Cabang. Sedangkan di Area Pontianak, Bank Syariah Indonesia akan memiliki 19 Cabang dan 1 kantor kas, sehingga diharapkan dapat menjangkau luas masyarakat di seluruh Kalimantan Barat.

Untuk progresnya, tambah dia, perizinannya masih berproses di Jakarta. Info yang diterima, progresnya sudah cukup maju karena sudah dimulai dilakukan pencalonan pengurus untuk dilakukan fit and proper test.

Sementara itu, Akademisi Universitas Tanjungpura (Untan), Muhsin, menyambut baik merger tiga bank syariah BUMN tersebut menjadi Bank Syariah Indonesia. Wacana tersebut sebenarnya telah melalui proses yang panjang, bahkan dimulai sejak akhir periode kedua kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menurutnya ada banyak hal positif dari penggabungan perusahaan milik negara tersebut, terutama dalam rangka mendorong industri keuangan syariah di tanah air. Salah satunya mendorong perluasan jaringan yang berdampak baik pada inklusi keuangan syariah tanah air.

Baca Juga :  Jelang Nataru, BRI Tetap Siaga Layani Kebutuhan Nasabah

“Termasuk juga menciptakan efisiensi dalam proses bisnis secara internal. Yang awalnya direktur utama tiga sekarang hanya jadi satu,” kata dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untan ini.

Dari sisi aset dan modal, lanjut dia, relatif semakin kuat sehingga diharapkan masyarakat mendapatkan manfaat yang besar, terutama kepada akses pembiayaan. Menurutnya banyak pihak menaruh harapan dengan kehadiran BSI, dana lebih mudah tersalur bagi pelaku UMKM yang berdampak langsung kepada sektor riil.

“Ini yang paling ingin kita rasakan, terlebih UMKM punya peran yang besar bagi perekonomian. Dengan BSI, tentu kita berharap akses keuangan mampu dijangkau oleh pelaku usaha, terutama UMKM,” tutur dia. Tak hanya bagi sektor usaha, sektor pendidikan, simpanan dana haji, hingga asuransi, menurutnya juga harus menjadi salah satu prioritas.

Sisi positif lainnya, tambah dia, yakni munculnya budaya korporasi yang lebih islami dan humanis, namun tetap menjangkau semua lapisan masyarakat Indonesia, tidak hanya Umat Islam. Saat ini pun, kata dia, nasabah perbankan syariah juga banyak berasal dari penganut agama lainnya. “Mudah-mudahan dengan dibangunnya bank ini, kepercayaan masyarakat akan semakin tumbuh,” pungkas dia. (sti)

PONTIANAK – Tiga bank BUMN, yakni BRI Syariah, Syariah Mandiri, dan BNI Syariah, telah bersepakat merger menjadi PT Bank Syariah Indonesia (BSI). Bank yang direncanakan mulai beroperasi pada 1 Februari 2021 itu, tengah melakukan berbagai persiapan, termasuk di Kalimantan Barat.

Kepala Otoritas Jasa Keuangan Kalimantan Barat (OJK Kalbar), Moch Riezky F Purnomo mengatakan, atas rencana merger tiga bank syariah tersebut dipastikan tidak menyebabkan penutupan maupun relokasi jaringan kantor cabang. “Sehingga pelayanan akan berjalan normal seperti biasa dan nasabah tidak perlu khawatir atas keamanan dan kenyamanan aktivitas perbankannya,” ungkap dia, Selasa (29/12)

Dia menjelaskan, merger tiga bank syariah BUMN merupakan langkah strategis yang sangat baik dan sepenuhnya didukung oleh OJK. Aksi ini akan meningkatkan daya saing dan efisiensi bank, sesuai dengan tujuan OJK yakni menciptakan perbankan yang sehat, kuat, sehingga bisa meningkatkan pelayanan dan memberikan kontribusi positif kepada perekonomian.

“Selain itu, aksi ini juga selaras dengan POJK nomor 12/pojk.03/2020 tentang konsolidasi bank umum yang mulai berlaku 17 maret 2020. Aturan ini mendorong perbankan untuk melakukan langkah konsolidasi guna menciptakan struktur perbankan yang kuat, memperbesar skala usaha, serta meningkatkan daya saing melalui inovasi,” ungkap dia, kemarin.

Baca Juga :  Daya Beli Mulai Membaik 

Dia melanjutkan, jika merger telah terealisasi, maka di Kalimantan akan menjadi satu Regional Office (RO) yaitu RO VII di Banjarmasin yang membawahi tiga area, yaitu Area Pontianak dengan 19 Cabang, Area Banjarmasin 30 Cabang dan Area Balikpapan 32 Cabang. Sedangkan di Area Pontianak, Bank Syariah Indonesia akan memiliki 19 Cabang dan 1 kantor kas, sehingga diharapkan dapat menjangkau luas masyarakat di seluruh Kalimantan Barat.

Untuk progresnya, tambah dia, perizinannya masih berproses di Jakarta. Info yang diterima, progresnya sudah cukup maju karena sudah dimulai dilakukan pencalonan pengurus untuk dilakukan fit and proper test.

Sementara itu, Akademisi Universitas Tanjungpura (Untan), Muhsin, menyambut baik merger tiga bank syariah BUMN tersebut menjadi Bank Syariah Indonesia. Wacana tersebut sebenarnya telah melalui proses yang panjang, bahkan dimulai sejak akhir periode kedua kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menurutnya ada banyak hal positif dari penggabungan perusahaan milik negara tersebut, terutama dalam rangka mendorong industri keuangan syariah di tanah air. Salah satunya mendorong perluasan jaringan yang berdampak baik pada inklusi keuangan syariah tanah air.

Baca Juga :  Pertumbuhan Aset Perbankan Kalbar di Atas Nasional

“Termasuk juga menciptakan efisiensi dalam proses bisnis secara internal. Yang awalnya direktur utama tiga sekarang hanya jadi satu,” kata dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untan ini.

Dari sisi aset dan modal, lanjut dia, relatif semakin kuat sehingga diharapkan masyarakat mendapatkan manfaat yang besar, terutama kepada akses pembiayaan. Menurutnya banyak pihak menaruh harapan dengan kehadiran BSI, dana lebih mudah tersalur bagi pelaku UMKM yang berdampak langsung kepada sektor riil.

“Ini yang paling ingin kita rasakan, terlebih UMKM punya peran yang besar bagi perekonomian. Dengan BSI, tentu kita berharap akses keuangan mampu dijangkau oleh pelaku usaha, terutama UMKM,” tutur dia. Tak hanya bagi sektor usaha, sektor pendidikan, simpanan dana haji, hingga asuransi, menurutnya juga harus menjadi salah satu prioritas.

Sisi positif lainnya, tambah dia, yakni munculnya budaya korporasi yang lebih islami dan humanis, namun tetap menjangkau semua lapisan masyarakat Indonesia, tidak hanya Umat Islam. Saat ini pun, kata dia, nasabah perbankan syariah juga banyak berasal dari penganut agama lainnya. “Mudah-mudahan dengan dibangunnya bank ini, kepercayaan masyarakat akan semakin tumbuh,” pungkas dia. (sti)

Most Read

Artikel Terbaru