MENJADI delegasi Kalimantan Barat untuk Program Pertukaran Australia Indonesia Youth Exchange Program (AIYEP) merupakan pengalaman yang nggak pernah terbayangkan di dalam hidup Ifik Ganda Mana. Pemuda asal Mempawah ini berhasil mendapatkan relasi yang memberikan jendela untuk belajar hubungan negara, budaya dan bahasa.
Oleh: Ghea Lidyaza Safitri
Ketertarikannya mengikuti program ini didasari karena sebagai duta muda Indonesia untuk Australia, ia berkeinginan mempromosikan Indonesia bidang budaya dan diplomasi kerja sama Indonesia dan Australia.
Di sisi lain, juga melatih kemampuan kepemimpinan, bahasa, budaya dan atmosfer interaksi dengan pemuda-pemuda Indonesia dan Australia. Maka dari itu, saat ada pembukaan program AIYEP ini, Ifik coba mendaftar. Ada beberapa tahapan yang harus dilewati Ifik sebelum menjadi duta muda Indonesia untuk Australia.

Ifik terlebih dulu mengikuti seleksi provinsi Pertukaran Pemuda Antar Negara yang diselenggarakan oleh Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Provinsi Kalimantan Barat. Seleksi yang dilalui terdiri dari kemampuan bahasa Inggris, pembuatan proyek sosial ketika selesai ikut program, penampilan budaya dan kesenian, serta tes psikologi. Melalui seleksi tersebut dipilih satu orang dan diharuskan melalui karantina selama empat hari. Ifik berhasil menjadi Juara 1 dan mewakili Provinsi Kalbar.
Ifik resmi terpilih sebagai delegasi di Provinsi Kalbar pada bulan Juni 2020. Namun, untuk persiapan dan program mulai dilakukan pada bulan Oktober 2020 sampai Januari 2021. Untuk proyek sosial mulai dijalankan bulan Februari.
Berbicara mengenai program kerja atau Post Program Action (PPA), Ifik mengambil SDG 3 Health and Well-Being yang berkaitan dengan edukasi HIV dan AIDS serta Covid-19. Materi mengenai ketiga aspek itu diberikan melalui webinar atau diskusi daring, sosialisasi , kolaborasi dan bincang-bincang interaktif dari berbagai narasumber.
Selain itu, Ifik juga membuat sebuah akun di laman Instagram bernama @bersamasimanis (bersama siap melawan HIV/AIDS) dengan mempunyai program webinar, bincang-bincang dan sosialisasi.
Sebelumnya, Ifik memang sudah aktif di bidang ini. Sejak tahun 2016, ia bersama Komisi Penanggulangan AIDS Kota Pontianak dan telah memiliki program untuk sosialisasi HIV dan AIDS. Sosialisasi diberikan bekerja sama dengan sekolah-sekolah yang ada di Pontianak (organisasi sekolah), perguruan tinggi dan kelompok-kelompok remaja.
Fokus pada HIV/AIDS bukan tanpa alasan. Ifik mengaku hal ini dilalarbelakangi oleh pengalamannya sebagai sukarelawan HIV/AIDS sejak tahun 2016. Ifik tergerak karena melihat bahwa virus HIV seperti fenomena gunung es (iceberg phenomenon) yang kasusnya sulit untuk diketahui.
Ifik juga ingin memberikan edukasi pentingnya menerapkan gaya hidup sehat karena sampai saat virus tersebut belum ditemukan obat yang secara ampuh dapat membunuh virus dalam tubuh. Masa Pandemi Covid-19 saat ini tentu jadi tantangan tersendiri bagi Ifik, karena adanya batasan untuk melaksanakan kegiatan secara offline. Sehingga, segala aspek dan aktivitas berubah menjadi virtual.
“Suka atau nggak, semua orang harus ikut berubah dan memulai kebiasaan hidup yang baru atau new normal,” ucap Sarjana Pendidikan Ekonomi FKIP Untan ini. Selama menjalankan program, kesulitan hanya pada kekuatan sinyal jadi harus berada di tempat yang nyaman dan enak agar bisa fokus. Selain itu juga lumayan sulit mengatur waktu untuk diskusi dan sharing dengan delegasi Australia karena berbeda zona waktu.
“Tetapi dari semua hal tersebut sangat seru dan menarik,” tutur pemuda kelahiran Sungai Bakau Besar, 21 Juni 1996 ini.
Ifik berharap lewat program yang dijalankannya ini, masyarakat khususnya pemuda dan remaja Indonesia lebih sadar dan membentengi diri dari virus yang sangat berbahaya tersebut. Kemudian pemuda dapat menjadi kaki tangan pemerintah untuk menekan pertumbahan virus HIV/AIDS dan Covid-19 agar menciptakan masyarakat yang sehat dan berprestasi.**